Festival lampion identik dengan Perayaan Tahun Baru Cina atau biasa disebut Cap Go Meh di Indonesia. Di Cina, festival tersebut dirayakan dengan meriah, bahkan bisa memenuhi langit kota Tiongkok dengan ratusan hingga ribuan lentera yang diterbangkan ke udara. Pada perayaan Cap Go Meh lentera yang digunakan memiliki keunikan tersendiri dimana di dalamnya terdapat teka-teki yang harus dipecahkan. Selain itu tidak lengkap rasanya jika merayakan festival ini tanpa menyantap kue khas seperti Tangyuan ( kue keranjang ) dan minuman hangat onde atau yang lebih dikenal sebagai ronde yaitu bola-bola tepung hangat dengan isian kacang manis yang dinikmati dengan kuah jahe. Namun ternyata, tidak hanya identik dengan Cap Go Meh saja,di beberapa negara di dunia juga menggunakannya sebagai bentuk dari perayaan mereka. Dan inilah beberapa festival lentera di beberapa negara di dunia.
Indonesia, negara kita tercinta ini ternyata memiliki festival yang menggunakan lampion sebagai bentuk dari perayaan upacara umat suci agama Buddha. Pada saat perayaan Waisak, umat Buddha dari penjuru Indonesia bahkan dari negara lain datang ke Candi Borobudur untuk berdoa. Kemudian, mereka akan menerbangkan lentera yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai simbol untuk melepaskan hal-hal yang bersifat negatif di dalam diri setiap umat Buddha. Indahnya bias cahaya lentera-lentera tersebut ketika dilepaskan menjadi momen tersendiri bagi para wisatawan yang sengaja datang melihat perayaan tersebut.
Selain festival diatas, masih banyak perayaan yang menggunakan lampion di Indonesia. Di Dieng Culture Festival misalnya, acara tahunan yang diselenggarakan di daerah Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, ini juga terdapat lentera yang kemudian diterbangkan bersama-sama oleh para pengunjung. Setelah menikmati alunan music jazz diatas ketinggian serta serangkaian acara adat yang menarik, kemudian menerbangkan lentera bersama-sama, romantis bukan?
Sementara di negara lain, festival serupa diadakan juga di Vietnam. Festival tersebut dinamakan Festival Lampion Hoi An yang diadakan pada hari ke-14 setiap bulan Lunar. Dinamakan Festival Hoi An karena festival tersebut dirayakan di kota tua Hoi An,yang terletak di provinsi Quang Nam, Vietnam. Kota tua yang termasuk dalam World Heritage oleh UNESCO ini mematikan lampu di seluruh kota dan seluruh masyarakat turun ke jalan untuk merayakan festival tersebut. Kemudian masyarakat membuat lampu lilin dan lentera warna-warni untuk dilepaskan ke langit atau dibuat mengapung di sungai terdekat, untuk menghormati nenek moyang mereka. Di tahun 2018 ini, festival tersebut akan dirayakan pada 30 Januari, 1 Maret, 30 Maret, 29 April, 28 Mei, 27 Juni, 26 Juli, 24 Agustus, 23 September, 22 Oktober, 20 November, dan 20 Desember. Bagaimana, tertarik kesana untuk menyaksikan sendiri keindahan festiva Hoi An?
Selain Indonesia dan Vietnam, Thailand memiliki festival yang menggunakan lampion juga. Festival yang dirayakan di Thailand utara itu ditujukan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha. Festival yang disebut sebagai Yee Peng (bulan purnama bulan kedua) ini di lakukan di daerah Chiang Mai. Dinamakan Yee Peng karena bulan kedua belas dalam Kalender Lunar Thailand sesuai dengan bulan kedua dalam kalender tradisional kerajaan Lanna Utara Kuno. Festival ini menggunakan lentera yang dibawa dari rumah dan kuil, kemudian dilepaskan ke langit di malam hari. Yee Peng Festival akan diadakan pada 23 November 2018.
Selanjutnya ada Diwali, festival yang dirayakan oleh umat Hindu di seluruh dunia untuk merayakan kemenangan kebaikan dari kekalahan di dalam festival yang diselenggarakan di India. Festival yang dinamakan juga sebagai festival cahaya ini amatlah meriah karena dilaksanakan oleh setiap warga India sehingga kita dapat menemukan lampion warna-warni yang cantik di setiap sudut kotanya. Dan juga festival ini berlangsung 5 hari lamanya, karena Diwali bagi masyarakat India merupakan festival paling penting berdasarkan kepercayaan mereka. Walau terjadi 5 hari, namun biasanya perayaan utamanya terjadi di hari ketiga, yang biasa disebut sebagai Amavasya, yang artinya hari bulan baru. Pada tahun 2018 ini, festival Diwali akan dirayakan pada 7-12 November.
Mungkin sebagian besar orang hanya mengetahui bahwa lampion merupakan salah satu perlengkapan yang digunakan di dalam festival yang merujuk pada daerah Asia saja seperti Cina, Jepang, dan lain-lain. Namun anda wajib tahu bahwa di Eropa juga ada festival yang menggunakan jenis lentera ini. Festival tersebut dinamakan ST. Johns Night yang diadakan di Polandia dimana pada tahun 2018 ini akan diadakan pada tanggal 28 Juni. Pada tanggal tersebut para penduduk dan pengunjung yang berada di Kota Polish, Poznan akan melaksanakan sebuah acara perayaan yang menandai adanya titik balik matahari musim panas. Pada malam hari semua orang yang ada akan menerbangkan lentera dalam berbagai bentuk dan warna ke langit yang di dalamnya telah digantungkan kertas kecil yang berisi harapan masing-masing orang yang menerbangkannya.
Festival selanjutnya diadakan di salah satu bagian negara yang masih dikelilingi dengan pantai indah nan eksotik yaitu Hawai yang berada di United States of America. Setiap tahunnya Hawai selalu mengadakan festival yang dinamakan Floating Lantern Festival di Honolulu yang bertujuan untuk mengadakan sebuah perayaan guna menghormati orang-orang terkasih yang telah tiada serta untuk mempererat hubungan sosial antar sesama di sana. Selama festival berlangsung akan ditemui banyak ritual kebudayaan khas seperti semburan simbolis, persembahan onjiki, dan pertunjukkan drum yang dilakukan untuk memvisualkan penghormatan dan bentuk kasih sayang yang diberikan kepada para keluarga serta kerabat yang telah tiada. Pada malam puncak perayaan festival ini, para warga akan melarungkan lampion ke laut sebagai salah satu simbol kedamaian.
Tidak kalah menariknya dengan festival yang lain, Nevada yang merupakan salah satu negara bagian Amerika juga memiliki salah satu festival yang dinamakan dengan The Rise Lantern Festival. Acara perayaan ini pada umumnya dilakukan di sebuah lapangan yang luas dimana pada malam puncak perayaan para pengunjung yang hadir akan diminta menerbangkan lampion sederhana yang terbuat dari kerangka bambu dengan berbalut kain putih yang di dalamnya telah disematkan kertas berisi doa, harapan, dan resolusi di masa depan. Pada setiap perayaannya festival ini diadakan selama satu bulan sehingga setiap malam akan terlihat lentera-lentera yang berterbangan indah di langit malam.
Selanjutnya terdapat festival Obon yang sangat terkenal akan kesakralannya yang dirayakan oleh hampir seluruh masyarakat di Jepang pada tanggal 15 Juli dan 15 Agustus menurut kalender Gregorian. Festival ini diadakan untuk melakukan penyambutan yang meriah terhadap para arwah leluhur yang dipercaya mendatangi kediaman keluarga untuk mengunjungi anak dan cucunya. Pada festival ini terdapat sebuah ritual yang dinamakan tarian Bon Odori yang ditarikan oleh setiap pengunjung di lingkungan kuil dimana makna dari gerakan tarian tersebut dipercaya sebagai sebuah simbol kebahagiaan para arwah yang lepas sementara dari jeratan siksa neraka. Selain itu untuk menuntut arwah agar menemukan tempat yang pernah ditinggali bersama keluarganya maka akan diletakkan sebuah lampion di depan rumah yang dinamakan bon cochin agar para arwah dapat berkunjung ke tempat yang tepat.